Minggu, 22 September 2013

lara di sudut hati

LARA DI SUDUT HATI
Senja sore itu sangat indah. Matahari yang tinggal separuh menampakkan diri ufuk barat seketika berubah warna menjadi merah jingga. Pelangi yang membias di cakrawala seakan-akan menambah indahnya simponi alam semesta.
Namun keindahan senja tak mampu membuat hatiku tersentuh, ku sandarkan tubuhku ke dinding ranjang, seraya ku lambungkan anganku kemasa lima tahun silam. Masa-masa yang mampu membuatku tertawa dan menangis.
Pertemuan pertama antara aku dan arjuna memang tergolong unik. Ketika itu aku masih duduk di kelas dua SMA. Bel terakhir pertanda berakhirnya mata pelajaran yang sedang kami laluipun berbunyi. Para siswa dan siswi pun berhamburan keluar kelas. Tapi tak disangka-sangka hujanpun mengguyur kota dengan derasnya. Teman-teman yang lain yang merasa kepalang tanggung langsung saja menerobos derasnya hujan. Mungkin mereka berpendapat nggak apa-apalah besokkan hari mintapi aku tetap dengan sabar menunggu hujan yang deras ini berhenti. Setelah merasa agak reda akupun berinisiatif untuk pulang, mumpung hujannya sudah agak reda mana tau nanti hujannya akan bertambah deras. Lagi pula sumatera bagian tengahku juga sudah juga menyanyi keroncongan minta di isi.   Namun karena air banyak yang tergenang di halaman sekolah aku mengambil inisiatif dengan langsung membuka sepatuku. Tanpa aku sadari sudah berada di sampingku. Cowok itu berkata “ wah, kelihatannya aku harus ikutan buka sepatu nich....!!” katanya. Akupun menoleh dan ternyata ada seorang cowok yang sedang membuka sepatunya. “ Arjuna, “katanya seraya menjulurkan tangannya.  “ Lara “ kataku dengan membalas jabatannya.
Sejak saat itu hubungan cinta diantara kamipun mulai menampakkan gejala, tak beberapa lama kemudian Arjuna menyatakan cintanya kepada ku. Dan akupun menerimanya, karena ku tak bisa membohongi perasaan ku sendiri bahwa ku juga mencintainya.
Saat-saat seperti itulah aku merasakan bahwa hidupku sangat berarti karena ada Arjuna di sisiku. Namun nasib telah berkata lain, nasib telah memisahkan kami. Arjuna melanjutkan studinya ke ibu kota Negara tepatnya di universitas Indonesia di jakarta. Sejak saat itu hubungn kami tak tahu entah bagaimana statusnya. Namun aku tetap setia menunggunya. Aku sendiri tak dapat melanjutkan sekolahku karena ekonomi keluargaku tidak memadai, terpaksa aku bekerja di sebuah restoran  di kota tempat tinggalku sebagai seorang kasir.
Teman-temanku mengatakan aku manusia bodoh yang selalu setia menunggu seorang lelaki yang entah dimana keberadaannya sekarang.  Memang telah ada seorang cowok yang bernama Adrian yang ingin mengisi hari-hari ku. Tapi entah mengapa aku belum bisa menemukan orang yang bisa mengantikan kedudukan Arjuna di hatiku. “ cintaku pada Arjuna tak akan pernah mati” gumamku dalam hati. Tak terasa azan magrib sudah berkumandang, ternya sudah lumayan lama aku melamunkan masalaluku yang memilukan sekaligus indah.
Keesokan harinya ketika aku pulang kerja si Gina datang ke rumahku.     “ Ra, minggu depan di sekolah kita akan diadakan reunion untuk BP 07, kita datang yuk ? “  katanya. Aku menganggukkan kepalaku. “ eh Ra, kata teman-teman si Arjuna datang loch, sekarang dia sudah jadi insinyur.“  kata Gina. Aku merasakan ada rindu yang kian membuncah di dalam hatiku.
Acara yang ditunggupun akhirnya datang juga. Aku pergi dijemput oleh Gina naik Escudo merah kesayangannya.
Sesampainya di sekolah SMU ku yang dulu aku dan Gina langsung melepaskan rindu dengan teman-teman yang lain, karena sudah lima tahun kami tak bersua. Tiba-tiba Weni temanku langsung menarik tanganku. Tentu saja aku kaget dibuatnya. Dia menarik tanganku dan membawaku ke hadapan seorang cowok yang sangat aku rindukan selama ini. “ Lara ?...apa kabarmu sekarang ?” Tanya Arjuna. Aku merasakan bahwa yang di hadapan ku sekarng bukan arjuna yanga dulu lagi, sungguh banyak perubahan yang ada pada dirinya. Sekarang dia kelihatan lebih berwibawa dan dewasa.
“ hei Lara koq melamun, katanya kangen dengan Arjuna ? “ kata weni yang langsung membuyarkan lamunanku. “ eh...anu ya, baik-baik saja Juna, kamu sendiri bagaimana ? “ kataku terbata-bata saking gugupnya. “ baik, Ra....kemana saja kamu beberapa tahun ini seperti hilang tertelan bumi, apakah kau tak tahu bahwa aku sangat merindukanmu ? “ Tambah Arjuna. “ bukannya kamu yang menghilang selama ini, nomor hp mu tak dapat ku hubungi kata orang kau juga telah beberapa kali pindah rumah, tapi kau tak pernah mengabariku.” Tambahku yang hampir terisak. “ kau jangan membalikkan fakta Ra ..!!, kamu lah yang ketika ku hubungi nomormu tak pernah aktif.” Tambah Arjuna. “ aku selama lima tahun ini sudah lima kali ganti kartu, juna” kataku. “ aku juga selama lima tahun ini sudah lima kali ganti kartu, maafkan aku sudah terjadi kesalah fahaman di antara kita “ kata arjuna. “ ya...tapi tenang saja aku tetap setia menunggumu, sampai sekarang aku masih sendiri “ kataku terharu. Arjuna menunduk, seperti ada kesalahan yang telah dilakukannya kepadaku. “ maafkan aku Lara, aku tak setia menunggumu, sekarang aku sudah menikah “ katanya dengan penuh penyesalan. Aku menunduk tanpa terasa bulir-bulir Kristal bening merembes basahi pipiku, aku merasakan dadaku sesak, penantianku selama ini tak berarti apa-apa baginya.
Tiba-tiba  ada seorang wanita yang wajahnya sudah tidak asing lagi bagiku, “ Dina, sapaku. “ “ Lara, maafkan aku, jawab dina lirih. “ah taka pa-apa dina, aku juga sudah dapat pengganti juna koq” jawabku berbohong. Sebentar lagi aku juga akan segera menikah dengan calonku itu. Oh ya aku permisi dulu ucapku lirih. Dengan langkah seribu ku tinggalkan sekolahku, sekolah yang menjadi saksi bisu kenangan kasihku yang tak sampai. Air mataku semakin deras menetes sederas air hujan malam ini, merembes membasahi relung hatiku yang kian membiru.
Writed by :
Rafikah Trinalia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar